WELCOME

My FaVoRiTe dRink

MoShi_MoShi

On TiMe yaCh

Kamis, 09 Juni 2011

KISAH PENJILAT

Sebenarya aku gak tau mau nulis apa,,, tapi mau gimana lagi, nii blogger pasti uda ngmbek banget m aku coz uda gak pernah aku urusin lagi (terlalu sibuk m facebook n twitter :) )...
maka dari itu, sekarang aku harus nulis apa ajja yang bisa qw tulis di sini, daripada ngambek trus diblokir,,, waaaahhh, saya tak sanggup harus kehilangan blogger ini,,, :'(
banyak kenangan yang aku tulis di sini....
hari ini nulis apa enaknya.????
yang seneng.???
sedih.???
atau bingung.????
yang mana.??? :o

Binguuung kn.???
sama,, aku juga bingung kok..
hehehe....

Sebenarnya aku tu gii heran ajja m seseorang.
Aku gak nyangka ajja kalo dia kayak gitu.
PENJILAT (waaaww, kejem bgt g seh kata-kata na.???)
tapi ya emang kayak gitu orangnya.
Masa yach,,, tiap kali orang yang aku deketin mesti dia deketin juga.
Bukannya aku gak seneng ya, tapi caranya dia itu yang gak aku suka.

(aaaaaaarrrrgggggggggghhhhhhhhhh.... aku males bahasnya....)
kpan2 ajja dech kalo aku mo cerita, aku ceritain,,,
oke..!!!!!!!!!!!!!

Minggu, 27 Maret 2011

Berhenti Berharap

Selama ini aku terua berharap
Tapi yang aku harapkan tak terharap
Dan kini aku lelah untuk berharap
Sesuatu yang selama ini aku harap

Lelah... Bosan....
MEnunggu sebuah harapan
Yang tak pasti aku dapatkan

Kini semua harapan
Yang aku harap tuk bisa aku dapatkan
Telah aku tinggalkan

Harapan yang tak pasti
Yang selama ini aku nanti
Tak bisa aku miliki

Aku lelah menunggu harapan
Dan semua yang aku harapkan
Takkan bisa aku dapatkan

Kamis, 27 Januari 2011

Awalnya ku berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil...

Ketika aku meminta bunga yang sangat indah, Tuhan malah memberiku pohon kaktus,,, 

aku sempat marah, tp waktu terus berjalan, pohon kaktus itupun berbunga, sangat indah,,,,

Aku meminta lagi kepada Tuhan, aku meminta hewan yang sangat cantik, tapi Tuhan memberiku seekor ulat bulu,,,

akupun kembali marah karena Tuhan tidak adil lagi,,, tp seiringnya waktu berjalan ulat bulu pun berubah menjadi kepompong dan kemudian menjadi seekor kupu-kupu yang cantik, lucu...


Dari pengalaman itu aku mulai sadar, bahwa ternyata Tuhan tidak akan langsung memberikan sesuatu yang kita inginkan pada saat itu, Tuhan menyuruh kita untuk bersabar dan berusaha untuk bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan...

Senin, 11 Oktober 2010

No T

Pertemuan pertama terjadi pada saat ku n teman-teman berunjuk rasa untuk menindas ketidak adilan. Pada saat itu aku berangkat bareng dia. Baru sajjah kita berangkat, hujan sudah mengguyur dengan derasnya, tapi itu semua tidak menghanyutkan semangat kami untuk tetap berorasi menuntut keadilan. 

Selama perjalanan kita tak saling bertegur sapa. Dia sibuk mengendarai sepeda motornya, sedangkan aku sibuk dengan tas ransel yang aku bawa. KEjadian itu begitu lucu dan juga menggelikan. Tapi karena kejadian itu aku bisa mengenal dia, bahkan mengaguminya.

Pertemuan kedua kami yaitu ketika kami sedang berada d acara Marketing Mix d Cuban rais Malang. Dia sebagai panitia sedangkan aku sebagai peserta. Meskipun kita tak mampu tuk bertegur sapa, tapi aku merasa puas bisa melihat dia setiap hari, bahkan setiap jam. Dia begitu sibuk mengurusi semua keprluan para peserta.

Momment yang paling mengejutkan itu ketika acara "pressing", para peserta d bentak-bentak oleh para panitia. Yang mengejutkan itu adalah, dia nyamperin aku dan dia bilang "kamu gak apa-apa kn.??? kalo sekirana kamu sakit ke medis ajja..."

Padahal yang aku rasakan saat itu hanya kedinginn sajjah. Uuuuhh so sweet bgt....




-To be continue yach...-

(Q ada mata kuliah lagi...)

Jumat, 20 Agustus 2010

Kesempatan Dalam Kehidupan

Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.

***

Teman, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.
Sahabat, tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita.

ps. “Bukalah setiap pintu kesempatan yang datang mengetuk, sebab, siapa tahu, pintu itu tak mengetuk dua kali.” (Hilman, Lupus I)

Peta Impian

Impian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan bersikap. Dengan impian kita akan tau dimana titik akhir dari perjuangan. Dan segera setelah mencapai impian itu, kita dapat menggantikannya dengan impian lain yang belum tercapai.

Sahabat, dalam meraih impian, kita perlu strategi dan peta. Sehingga saat berjalan dan bertemu dengan hambatan, kita dapat memilih untuk melompatinya ataukah memutarinya dan mengambil jalan lain. Tanpa mengubah impian, hanya mengubah arah jalan saja.

Bayangkan anda berada di tengah samudera di atas sebuah speedboat.
Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau, dan di
pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan.
Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu
semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang
cakrawala. Tapi cakrawala yang mana…?

Masalahnya adalah anda tidak punya kompas, peta, radio, telepon,
dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah
akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian,
sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit.

Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila anda salah arah – anda bisa kehabisan bahan bakar
sebelum bisa mencapai pulau impian.

Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti
kegunaan hidup anda – adalah sama dengan dilema pulau impian.
Semua impian anda sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya
anda harus mengetahui peta impian. Yaitu apa, di mana, dan bagaimana mencapainya. Anda mutlak mengetahui arah untuk mencapainya. Tentukan peta anda sekarang – untuk dapat mencapai impian anda. Buat seteliti dan seakurat mungkin – dan selanjutnya anda tinggal mengarahkan speedboat anda ke pulau impian… Untuk selanjutnya, Anda meraihnya, merengkuhnya, dan tersenyum dengan bangga, “Inilah impianku, dan aku telah mendapatkannya.”
==========
Sahabat, berhentilah sejenak dan mari kita saling mendoakan,doa untuk sahabat kita, orang tua kita, orang yang kita cintai, serta tak lupa admin web ini . Semoga peta menuju impian hidup yang kita rancang, diridhoi Allah SWT. Kita sadari tubuh kita, nyawa kita dan nafas kita, sepenuhnya adalah miliknya. Tiada satupun peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, tanpa ridhoNya. Selamat berjuang sahabat… Impian itu, sudah rindu untuk kita rengkuh, dan kita peluk.

Terima kasih..

Lampu Merah dan Kesedihan

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack
segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup
lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati
Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter
menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia
berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem
mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya
berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia
melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri
saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan
anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh
terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu
merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.
Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta
sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup
kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa
saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan
penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup
untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa
ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru
Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack,
Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia
sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu
dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah
tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan
mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu
juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan.
Berhati-hatilah.
Bob”

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob
sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia
mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya
dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa
jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga,
jalanilah dengan penuh hati-hati. – Penulis tanpa nama. (Posting dari
seorang rekan yang tak mau disebut namanya.)

daLam kSenDiRiaN

2 haTi menJadi saTu

aYo kiTa berakSi

suicide LoVe

This LoVe